14.9.14

Pikiran Usil Tentang Blue Bird

Saya tergolong pengguna aktif jasa armada taksi. Terlebih sejak mobil ibu saya dijual beberapa tahun yang lalu dan sejak bekerja di perusahaan tempat kerja saya sekarang. Yang paling sering saya tumpangi tentu saja Si Burung Biru. Ya, Blue Bird memang merajai pangsa pasar armada taksi di Indonesia.

Di dalam taksi saya usahakan berbincang dengan pengemudinya. Hal ini tidak akan berlaku jika saya sedang malas mengobrol, mengantuk, atau waktu saya merasa sang pengemudi sedang tidak ingin diajak mengobrol. Dari obrolan tersebut, saya mendapat kesan bahwa semakin lama pihak manajemen perusahaan semakin memperketat peraturan yang berlaku di perusahaan. Salah satu dari peraturan tersebut ialah mengenai berlakunya cut off masuk pool setelah jam kerja berakhir.

Apakah berlakunya cut off ini merupakan hal yg wajar? Saya bisa bilang : betul. Di mana pun suatu institusi pasti memberlakukan jam kerja untuk seluruh karyawannya. Yang biasanya terjadi ialah seorang karyawan bisa bekerja di luar jam kerja dengan sepengetahuan atasannya. Jika karyawan bekerja di luar jam kerja normal, beberapa institusi malah memberikan insentif tambahan pada karyawan tersebut. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari uang makan, uang lembur, uang transport, dan sebagainya.

Apakah hal ini berlaku juga di Blue Bird? Jawabannya : tidak. Dengan berlakunya sistem komisi, insentif baru diberlakukan jika pengemudi mencapai penghasilan melebihi target nominal tertentu. Jika hingga cut off jam kerja pencapaiannya di bawah target, apakah pengemudi bisa bekerja melebihi cut off? Jika pertanyaan ini ditanyakan beberapa bulan yang lalu, jawabannya masih ya. Kalau sekarang, jawabannya tentu tidak. Apalagi sejak adanya beberapa kasus kecelakaan yang mengakibatkan meninggalnya customer Blue Bird.
Kabarnya Blue Bird dituntut oleh pihak customer akibat kelalaian pengemudinya pada waktu itu.

Saat ini, pihak manajemen Blue Bird memberlakukan cut off pukul 23.00 untuk pengemudi shift pagi dan pukul 11.00 untuk pengemudi shift malam. Sejak bekerja di tempat kerja yang sekarang, saya tergolong sering pulang malam. Untungnya perusahaan berbaik hati memberikan voucher taksi Blue Bird untuk karyawannya yang pulang kerja pukul 20.00 ke atas. Jadilah saya memanfaatkan jasa Blue Bird untuk mengantar saya pulang ke rumah.

Saya lebih sering melambai taksi di jalan daripada order melalui telepon misalnya. Awalnya, saya tidak menemui kesulitan mendapatkan taksi untuk pulang ke rumah. Biasanya banyak taksi yang mangkal di pinggir jalan di depan kantor ataupun di depan gedung sebelah. Jika tidak ada taksi yang mangkal pun, masih cukup banyak taksi yang berlalu lalang di jalan di depan kantor saya tersebut. Namun, sejak diberlakukan cut off pukul 23.00, sedikit sekali pengemudi Blue Bird yang mau mengantar saya pulang ke rumah saya di Cinere.

Seringkali ketika saya baru saja menghampiri taksi, sang pengemudi langsung sigap bertanya tujuan saya. Ketika mendengar kata "Cinere", tidak sedikit yang menolak saya secara halus. Biasanya mereka beralasan mau mengarah kembali ke pool mereka yang seringnya memang berlawanan arah dengan arah rumah saya. Saya berusaha memahami para pengemudi tersebut, tetapi saya juga lebih sering langsung meninggalkan pengemudi dan taksinya setelah melihat gelagat penolakan, bahkan sebelumnya sang pengemudi mengucapkannya. Sejak saat itu juga, sebelum bertanya ke pengemudi, saya memulai dengan memperhatikan kode pool yang tertera di pintu belakang taksi. Untungnya saya sedikit hafal kode beberapa pool. Jadi, ketika saya tidak melihat taksi berkode LR, LL, TT, TL, SAK, SDK, HK, dan GDD, saya akan melanjutkan berjalan ke arah Cilandak Town Square untuk mencari/menunggu taksi Blue Bird lainnya.
Kadang, jika saya malas melambai, pada akhirnya saya akan order via telepon. Atau jika terlanjur melambai dan belum mendapatkan taksi hingga lebih dari 10 menit, saya akan menyerah dan kemudian memutuskan pulang naik angkutan umum.

Saya jadi berpikiran apakah banyak orang-orang yang bernasib seperti saya? Ditolak mentah-mentah oleh sang pengemudi taksi di saat-saat sangat membutuhkan jasanya bukan hal yang mudah diterima dengan penuh kesabaran. Ketika seseorang menganggap tidak ada armada lain yang dapat menggantikan Blue Bird, menunggu adalah sesuatu yang sangat menyiksa. Jika orang-orang tersebut sampai ke taraf hilang kesabaran, kita bisa membayangkan berapa banyak potential customer Blue Bird yang hilang begitu saja karena mereka akan beralih menggunakan armada lain yang ada.

Untuk kita para calon pengguna Blue Bird, jika kita tetap ingin menggunakan Blue Bird, ada baiknya via order saja. Bisa via telepon ataupun online order via aplikasi. Resiko yang mungkin dihadapi ialah jangka waktu yang lama sejak kita order hingga kita mendapatkan taksi yang bersedia mengantar kita ke tujuan. Para pengemudi yang mengambil order via telepon atau online juga pasti sudah siap mengambil resiko jika nantinya mereka mendapat order yang berlawanan dengan arah yang mereka inginkan.

Hanya saja ada baiknya kita selalu menyebutkan tujuan kita saat order. Jadi para pengemudi bisa juga memperkirakan waktu saat mereka mengambil order tersebut, apakah masih bisa terkejar dengan cut off jam kerja mereka atau tidak. Selain itu, kita juga sebaiknya tidak menunda-nunda jam keberangkatan kita dengan armada tersebut. Jika kita order untuk jam 9, sebaiknya kita jam 9 juga mulai jalan dari tempat asal. Jadi pengemudi pun tidak merasa dirugikan.

Selain itu, sebenarnya saya ingin mengusulkan juga. Setiap customer service Blue Bird yang memproses orderan calon pengguna hemdaknya menanyakan tujuan kepergian calon pengguna dan selalu memasukkan tujuan tersebut dalam mesin fleety. Hal ini pasti akan mempermudah pengemudi juga dalam memutuskan apakah ia akan mengambil order tersebut atau tidak.

Jika cara di atas tidak memungkinkan, hendaknya manajemen mempertimbangkan agar dalam menawarkan order ke pengemudi, pengemudi yang dipilih untuk menerima orderan ialah pengemudi yang poolnya searah dengan tujuan calon pengguna. Jadi pengemudi yang arah poolnya berlawanan tidak terjebak mengambil order yang tidak searah yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Alternatif lain, manajemen juga dapat mempertimbangkan untuk menambah armada shift malam. Hal ini sepertinya dapat meminimalkan lost potential customer Blue Bird. Calon pengguna pun bisa dengan mudah mendapatkan taksi Blue Bird tanpa harus menunggu lama.

Anyway, ini hanya pemikiran usil saja. Kalau ada pihak manajemen atau pihak BlueBird yang membaca, semoga saja memang bisa diusulkan. Syukur-syukur bisa juga diterapkan atau mungkin malah bisa dikembangkan unuk penerapan perbaikan layanan lainnya.

15.7.12

Acak

Waaaah.. Tidak terasa sudah lebih dari enam bulan saya tidak menulis di blog ini. Semua ini bermula dari kejenuhan saya berlama-lama di depan komputer atau netbook atau sejenisnya. Ya, jika sehari-harinya saya meghabiskan hampir sepanjang waktu saya di depan layar, saya berusaha meminimalkan waktu bertemu dengan layar di akhir minggu dan hari libur lainnya.

Selama lebih enam bulan itu, sepertinya kehidupan saya agak berubah dibanding sebelumnya. Satu hal yang paling saya rasakan ialah lebih tingginya frekuensi keluhan yang saya utarakan di depan umum. Bukan berarti dulu saya tidak pernah mengeluh. Hanya saja belakangan ini saya merasa menjadi lebih rajin mengeluh. Entah itu mengeluhkan diri saya sendiri, situasi di lingkungan pekerjaan, situasi di keluarga, keruwetan lalu lintas Kota Jakarta, dan lain-lain. Kalau dipikir-pikir, sepertinya saya kok tidak bersyukur sekali dengan yang saya punya ya?

Padahal, ada yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu ialah ketika kita dapat mensyukuri dan mengikhlasi apa yang ada pada diri kita, apa yang sudah kita miliki. Jujur, sulit untuk dapat mengimplementasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa? Adalah wajar bagi seorang manusia untuk membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang lain. Apalagi jika ia merasa bahwa orang lain lebih mujur, lebih beruntung dari dirinya. Berat sekali kelihatannya ya?

Satu hal lagi, ada sepenggal ayat dalam Al-Qur'an yang dapat diterjemahkan sebagai berikut: "Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memberitahukan: Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambahkan nikmat-Ku kepadamu. Namun jika engkau kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S Ibrahim : 7). Mungkinkah ini menjadi sebab mengapa saya merasa seakan-akan saya tidak menikmati kehidupan? Kehidupan yang kurang nikmat ini apakah merupakan azab dari Tuhan?

Ah.. sepertinya saya terlalu berlebihan, terlalu serius menyikapi hal ini ya? Semoga tulisan ini dapat menjadi awal permulaan bangkitnya semangat saya kembali untuk terus menulis ya.

30.10.11

The Wrongdoings When Facing Traffic Lights

I am one of many people who go to work with my own vehicle. Well, actually it's my mom's. But since she's not able to drive the car, I'm forced to use it almost everyday. Heheheh...

Anyway, as one of Jakarta citizens, it's an usual thing to go to work in a hurry since the traffic is very crowd. It should be okay if the people obey the traffic order. However, with the busy traffic in the morning and looking others being non-adherent, people are triggered to be the non-adherent one also.

Here is an example. When I drive the car through TB Simatupang street in front of the Point Square that is heading straight to Bintaro, there's an intersection with traffic lights. When the traffic lights show red, all the vehicles should stop, right? Right, the vehicles stop but only for a few minutes when other vehicles from Pondok Indah direction is still running on their maximum speed. If the vehicles from Pondok Indah direction are stopped also by the red light, even the light in front of me is still turn on red, the motorbikes start to go straight heading to Bintaro or turn right heading to Pondok Indah, and stop behind another red light since the vehicles from Bintaro direction to Fatmawati is still moving forwards.

But are there only the motorbikes which are breaking through the red lights? Definitely NO! The cars are doing the same thing. What if there's vehicle that's keeping theirs behind the lines, holding patiently to move forwards before the lights turn from red to green? I'm positive that they can't stand the horn ringing loudly from behind. So, finally they will also move forwards.

One thing which also creates confusion is the policeman actually supports the wrongdoings. When the lights are still turning red but the vehicles from Pondok Indah direction are already stopped, the policeman waves his hand instructing the vehicles from Fatmawati direction to move forwards. Is the policeman stupid or what?

So, in your opinion, which part could be blamed for this wrongdoings? Is it the citizens, including myself? Or is it the police department that fails to instruct its staff to direct the citizens to adhere all the traffic regulations?

19.6.11

Homo Homini Lupus

Does anyone know the phrase? Yep, the phrase is kind of expressing the nature of human, which is a wolf to another. Some of you may agree with this, while some are totally the opposite. How about myself?

In my opinion, this phrase is only fit to the competitive environment. One of the most competitive environment is sport events. It's true that there has to be only one winner in any kind of sport competition. Each person or team needs to explore all his/her/its capability to be the number one. One thing to be remembered is that all participants have to compete in a good manner and present fairness to others. Once there's a cheating, the winner is never to be approved.

Another competitive environment is a contest, for example singing contest. In a singing contest, each singer has to explore his/her voice, so that he/she can sing songs meeting or even beyond the judges' expectation. One thing to be remembered also is all the judges have to give fair rating and also be objective. Once there's no fairness, the spectators will not be satisfy with the results.

How about in daily live? Normally, ideally, we can't approve the condition of "homo homini lupus" to be happened. There has to be symbiotic mutualism in our live. Each person shall help another and shall not kill each other. Thus, we can run our life peacefully and achieve our common goals together.

However, this condition is seldom happened now. Many men and women in every community kick each others' ass down, so that he/she can be the number one. They think if they can reach the highest position, there will be much more profits to be gained. Sometimes they have to take their friends and relatives down to the ground to be the winner.

But is it worth it? Off course the answer will be NO. Why? If a person kick others down, hit them right on their face, smash them hard, plus being unfair to them, even you can achieve the highest position, others won't like and trust him/her anymore. Unfortunately, not many people realize this. They don't think that it's just going to take him/her down once more to the condition where he/she is nothing, sooner or later. Their allies will runaway, leave him/her alone forever.

Although everyone knows this, I don't think that a peaceful life can be achieved in the near future. But once again, who knows that someday there will be someone who can make a wake-up call to all of us, that "homo homini lupus" is not an option to run daily lives.

So, who will be the wake-up call guy/girl? :D

23.4.11

3 Tahun Lamanya...

3 tahun lamanya acara besar itu digelar...
3 tahun lamanya pula saya melihatnya begitu sehat dan bugar...
Ia menyambut para tamu dengan senyum sumringahnya...
Sambil berdiri berdampingan dengan sang pendamping hidup...

Tak disangka tak dinyana...
Itu merupakan acara besar terakhir yang dihadirinya...
Di acara besar lainnya, ia tak akan lagi mampu berdampingan dengan sang pendamping hidupnya..
Setelah jasadnya menyerah pada kehendak Sang Kuasa...

Hari ini saya mengunjunginya untuk kesekian kalinya...
Cukup saya sendiri yang berkunjung hari ini...
Saya bersyukur tempat tinggalnya saat ini terawat rapi...
Semoga ia selalu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya...


*In memoriam, AGS...

17.4.11

Cerita (2-1)

Sesampainya di depan pagar rumah berwarna hijau gelap, tangan kiri Anda merogoh salah satu kantong di bagian dalam tas punggungnya. Dalam sekejap, kedua tangannya bekerja untuk membuka gembok yang mengunci pagar rumah tersebut. Anda berusaha agar dirinya hanya menciptakan sejumlah kecil suara agar penghuni di dalam rumah tersebut tidak terbangun dari mimpi indahnya. Dengan sekejap pula, kedua tangannya mengembalikan keadaan pagar rumah dalam keadaan terkunci seperti semula.

Perlahan Anda melangkahkan kedua kakinya menuju pintu depan rumah. Sekali lagi, kali ini dengan tangan kanan, ia dengan cepat memasukkan anak kunci ke dalam lubang, memutarnya ke arah kanan hingga terdengar dua kali suara slot pintu bergeser. Anda dengan perlahan pula melangkah masuk ke dalam rumah dan dengan cepat mengunci pintu rumah tersebut dari dalam.

Namun, belum sampai lima langkah menuju kamar tidurnya, Anda dikejutkan dengan lampu yang tiba-tiba menyala. Seorang anak laki-laki berumur lima tahun berdiri di depannya sambil kedua tangannya menyangga sepiring kue tart kecil dengan sebatang kecil lilin menyala di atasnya. Tak lama setelah itu, terdengar nyanyian seorang wanita.

"Selamat ulang tahun, kami bahagia
Selamat panjang umur, kita 'kan doakan
Selamat sejahtera, sehat sentosa
Selamat panjang umur dan bahagia"

"Selamat ulang tahun, Ayah!" ucap anak laki-laki kecil pembawa kue tart tadi.

Anda berdiri terpaku sejenak, merasakan keharuan yang datang tiba-tiba. Ia berjongkok di depan anak laki-laki itu, lalu menyunggingkan bibirnya untuk tersenyum.

Anda membalas ucapan anak laki-laki itu, "Makasih, ya, Rasyid. Kamu emang anak Ayah yang paling pinter."

Anda mengambil piring kue tart yang dipegang anaknya, kemudian meletakkannya di atas meja yang ada persis di sebelahnya. Kedua tangannya lalu menggendong Rasyid, kemudian diciuminya pipi kiri dan kanan anak itu.

"Siapa dulu, dong, ayahnya," ujar Rasyid.

Wanita yang tadinya hanya menyaksikan adegan haru tersebut lalu berkata, "Ayah sama anak sama pinternya. Selamat ulang tahun, Nak."

Anda mendongakkan kepalanya ke arah suara itu, kemudian segera berdiri dan menghampiri wanita itu untuk memeluknya.

"Makasih, Bu," kata Anda kepada wanita tadi.

Bersambung

30.1.11

Untitle

Ketika waktu mencabik-cabik jaman
Tak ada yang bisa dilakukan
Toh kita tak ada asa untuk menghentikan waktu
Kita pun tak sanggup jua memutarbalikkan waktu

Yang bisa kita lakukan
Hanyalah dengan tetap menjaga tiga jenis hubungan kita

Hubungan dengan Sang Maha Segala-galanya,
Hubungan dengan sesama manusia,
Dan hubungan dengan sesama makhluk hidup apa pun bentuknya