23.2.08

Orang-orang Bermulut Besar

Orang-orang bermulut besar, siapa ya orang-orang yang masuk dalam golongan ini? Para politisi? Jelas. Some of them have only words to say without action (NATO: Not Action Talk Only). Mereka cuma ngomong yang tinggi-tinggi biar rakyat pada simpati ama mereka. Tapi setelah kepilih, entah janji mereka yang mana yang bisa dijalanin. Syukur-syukur kalo ada satu aja yang terwujud. Tapi kebanyakan emang nggak bisa.

Kenapa ya kebanyakan kaya gitu? Apakah memang karena sumber daya di sekitarnya yang kurang mendukung perwujudan janji-janji mereka? Kalo emang itu masalahnya, harusnya mereka review lagi janji-janji yang akan ditetapkan sebelum diumumkan di depan orang lain. Perlu liat constrain apa aja yang bisa menggagalkan terwujudnya janji tersebut. Kalo udah diliat constrain-nya, perlu dicari juga gimana ngatasinnya. Ngomongnya siy emang gampang yak. Tapi kan sebenernya ga se-simple itu juga. Dunia emang penuh ama kompleksitas segala sesuatu.

Mungkin emang pribadi para politisi itu juga yang hobinya ngomong doank? Kalo emang itu masalahnya, lebih sulit lagi. Biasanya yang kaya gini cenderung cuma merhatiin diri sendiri dan stakeholder-nya. Orang laen yang ga berkepentingan? Kalo ga mengganggu, ya dibiarin aja. Kalo menghambat performansi mereka, dibuang jauh-jauh dari peradaban. Bisa dikucilin di tempat terpencil, dipenjara, pokoknya para penghambat itu dibuat sedemikian rupa sehingga kreativitas mereka ga jalan. Jahat banget emang, tapi itulah yang terjadi saat ini. Contohnya? Pembunuhan Munir, salah satu aktivis HAM di Indonesia. Mungkin sang dalang pembunuhan tau kalo Munir punya 'kartu as'-nya yang bisa dibuka kapan aja di hadapan publik. Makanya dipilihlah skenario pembunuhan yang akan ngebungkam Munir selama-lamanya di dunia.

Siapa lagi yang tergolong orang-orang bermulut besar? Ga laen dan ga bukan ialah rakyat yang selalu ngomel kalo keinginannya ga bisa terpenuhi ama pemerintahnya. Bukan cuma ngomel, tapi mereka juga ngejek-ngejek pake nyebut kalo pemerintahan itu ga becus lah, goblok lah, dan sederetan makian lainnya. Kebanyakan ngomel, tapi jarang yang nyatain gimana solusinya. Atau mereka nyatain solusi tapi mereka sendiri ga ngelakuin solusi itu dan ga berusaha gimana caranya agar solusi tersebut bisa dijalanin. Lagi-lagi NATO.
Siapa lagi orang berikutnya yang tergolong bermulut besar? Ga laen dan ga bukan ialah gue sendiri. Ngapain gue di sini cuma nulis doank tapi ga ngapa-ngapain lagi? Ga ada kelanjutannya, ga jelas. Semoga Allah akan memberi hidayah-Nya buat kita semua biar kita semua bisa berbuat sesuatu untuk keluarga, masyarakat, bangsa, negara, bahkan dunia. Amiiin..

Untitled 2

Sudah lama sekali sepertinya saya tidak menulis di blog ini. Kenapa tertunda? Karena prioritas saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya terlebih dahulu. Alhamdulillah selesai juga. Berhasil saya keluar dari kampus saya itu dengan predikat ST (Sarjana Teknik). Lantas, apa yang bisa saya perbuat dengan predikat tersebut? Melamar kerja? Studi S-2? Entah, saya masih ingin rehat, istirahat dari seluruh rutinitas yang kadang membuat saya muak. Hanya untuk sementara, tidak seterusnya.

Kalau diminta memilih, saya lebih memilih untuk bekerja. Kenapa? Pertama, orang tua saya sudah berusia senja, which means saya yang gantian mencari nafkah untuk sisa hidup kami sekeluarga di dunia ini. Kenapa bukan abang saya tercinta? Karena mas saya itu punya beban untuk menafkahi keluarganya nanti. Jadilah saya lebih memilih bekerja.

Kedua, sebagai seorang sarjana yang berasal dari salah satu universitas terkemuka di negeri ini, saya merasa terbebani untuk 'memperbaiki' negara dan bangsa kita dari kehidupannya saat ini yang bisa dibilang cukup rusak. Salah satu caranya ya dengan bekerja, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain walaupun mungkin tidak seberapa. Saya hanya bisa berharap hasil keringat saya nanti dapat bermanfaat minimal untuk keluarga dan orang-orang terdekat, dengan harapan mereka dapat menghasilkan lebih dari yang saya hasilkan untuk dunia ini.

Tapi sebelum kembali memulai segala hal yang akan menjadi rutinitas tersebut, saya ingin menikmati masa-masa di mana saya tidak dikejar-kejar oleh sesuatu. Ingin sekali saya dapat membaca bacaan favorit sambil tidur-tiduran di atas kasur yang empuk. Ingin juga mendengarkan lagu-lagu dari folder 'My Music' dari laptop bapak, kemudian menyanyikannya sekeras mungkin. Atau mungkin mendengarkan lagu-lagu tersebut sambil meresapi artinya. Apalagi lagu-lagu John Mayer, one of my fave singer; atau The Beatles (I am never bored listening Lennon's, McCartney's, Harrison's, and Starkey's songs); atau sedikit lagu dari Yovie, entah dengan Kahitna, Nuno, ataupun artis lainnya). Andai saja saya punya waktu untuk itu...

Ada salah satu teman saya berkata yang intinya kira-kira begini, "Jadi lulusan universitas X kalo ga cepet dapet kerja, pasti kesannya negatif di mata orang." Kalau saya pikir ada benarnya juga. Kebanyakan orang memiliki persepsi bahwa lulusan universitas X tersebut harusnya cepat dapat kerja. Secara universitas terbaik gitu loch. Tapi ya mungkin belum rejekinya, masih saja tertunda oleh rencana Tuhan yang kita yakini lebih baik dari yang kita inginkan. Semoga Tuhan mengampuni saya jika saya pernah mengingkari takdir Tuhan. Astaghfirullaahal 'azhiim.

Gila, kok baku banget siyh bahasa gue?! Udah ah, ganti! Capek!

Hahaha! Aneh banget ya gue? Ganti topik ah. Masalah masalah temen gue. Gue punya dua dari beberapa orang temen deket. Sebut aja X dan Y (kaya judul lagunya Coldplay, X&Y). Gue kenal deket ama X kurang lebih 4,5 taun. Padahal mulai kenalan sekitar 7,5 taun yang lalu, which is saat pertama kali masuk SMU. Bisa dibilang gue sama sekali ga deket sama dia waktu SMU. Tapi waktu kuliah ini, semuanya berubah 180 derajat. Gue bahkan bisa ngeliat sisi baek dan buruknya X (maaf ya X, ga maksud ngejelek2in lo). X ini sangat2 extrovert banget, bahkan termasuk ke orang2 yang baru dia kenal sekalipun. Dia bisa aja gitu cerita tentang hal2 yang menurut gue ga seharusnya diceritain ke orang laen karena tergolong privasi. Aneh banget deh pokoknya. Tapi, di balik segala sifat anehnya itu, dia orang yang menyenangkan. Dia selalu berusaha tampak gembira di depan orang laen, padahal dia lagi ada masalah yang menurut gue ga bisa dianggep sepele. Hebat lah pokoknya.

Kalo sama Y, gue baru kenal deket ama dia sejak 2,5 taun yang lalu. Padahal gue kenal dia sejak 4,5 taun yang lalu, yaitu waktu taun pertama gue kuliah. Awalnya gue kira niy anak ekstrovert banget. Emang siy dia sedikit perfeksionis, think and work fast, and I used to meet her with her smiling face. Tapi ternyata, beberapa taun belakangan ini, gue baru tau kalo Y adalah seorang introvert sejati. Dia bisa banget menutupi semua masalah yang dihadapinya. Tapi kadang2 gue ngeliat mukanya ga beres, kaya orang yang ngerasa 'sepi'. Ternyata emang bener waktu itu dia lagi bermasalah. Dan jeleknya, kalo dia lagi bermasalah beradt banget, dia malah 'mengunci' diri dalam tempurungnya. Aneh, tapi bisa dimaklumin kenapa dia begitu. Lepas dari segala hal yang aneh juga itu, gue kagum ama Y. One of the greatest friend I have ever had, hingga saat ini dan ke depannya.

Tapi ga kerasa udah 4,5 taun. Gue , X, dan Y udah sama2 lulus. Abis itu, pasti kita berpencar, searching for our personal life purposes. X&Y, I don't wanna loose contact with you two guys. Let me know about your lives, even when you answer my question, "How are you?" with "I'm fine,". I'll miss you both. Udah waktunya kita melihat dunia luar yang kadang tak terduga bentuk dan maunya. Nikmatilah hidup kalian selagi masih ada kesempatan yang diberikan oleh-Nya.

Udah ah, ga jelas gue posting apa.. Heheh..