29.11.08

Happy Birthday To Us? No More...

Last week (Friday, Nov 21st for exact) was my birthday. Before this year, there used to be two people in my family who celebrated the birthday. But since one of them had passed away this June, I can't even say "Happy birthday" to him personally anymore. I really really miss you, Dad. Ya Allah, please give my Dad the best place at Your side. Amin. Happy birthday to you too, Dad.. (I hate it when I can't cry for you, Dad).

8.11.08

Titip Cerita.

Teman-teman para pembaca sekalian, teman saya nitip cerita di link ini (padahal posting-annya persis sebelum posting-an ini, gaya pake di-link segala, hehehe). Dia sengaja bikin sepotong cerita yang ga selesai, pengen nyoba kreatif dengan membuat cerita secara spontan. Maksudnya spontan itu jadi setiap dia kepikiran dia bakal nulis lanjutan dari cerita itu. Kalo lagi stuck dia berhenti sambil nunggu orang lain yang baca kasih ide gimana kira-kira kelanjutannya. Nanti kalo dia pengen nulis lanjutannya, ya dia lanjutin cerita itu.

Kalo di antara teman-teman para pembaca sekalian pengen kasih ide, tulis aja di bagian comment ya. Ayo bantuin teman saya biar ceritanya cepet berlanjut. Okeh?

Cerita (1-1)

Rini menatap keluar daun jendela. Dilihatnya hujan rintik-rintik membasahi jalanan aspal yang bergelombang, serupa dengan apa yang ia pikir dirasakannya saat ini. Pikirannya sedang berada jauh dari tempatnya berada sekarang. Ali.. hanya lelaki itulah yang menjadi tema pikirannya sejak dia duduk di kursi kayu di sebuah cafe 45 menit dari sekarang. Di atas meja kecil yang ada di depannya terdapat setengah gelas jus strawberry kegemarannya.

Tepat seminggu yang lalu, duduk di hadapannya sang lelaki yang biasa disapa "Ali" itu. Lelaki yang begitu dipujanya dari ujung rambut hingga ujung jemari kakinya, dari penampilannya hingga lubuk hatinya. Ya, pada hari Minggu tepat seminggu yang lalu, tak diduga olehnya terucap kata yang sangat tak ingin didengarnya dari mulut Ali, "Aku mau kita putus!"

Namun, tak sedetik pun bulir air mata berurai dari matanya. Hanya matanya memang tampak berkaca-kaca. Kata yang terakhir terucap dari mulutnya hanya kata "terima kasih" pada pramusaji yang menyajikan minuman pesanannya. Rini memang tidak sedang menunggu siapa pun. Beberapa pasang mata milik pramusaji pun menatapnya heran. Pikir mereka mungkin aneh, tak biasanya ada pengunjung yang betah berdiam diri di cafe ini. Namun, itulah yang sedang dilakukan Rini saat ini.

Tak jauh dari gelas yang berisi jus strawberry terletak handphone miliknya yang sejak tadi berkali-kali menyala kedap-kedip tanpa suara. Hanya vibrasinya yang agak kencang membuat sentuhannya dengan meja menimbulkan bunyi yang mengganggu. Rini memang mengabaikannya, tak peduli siapa pun yang menghubunginya. Entah itu sahabat-sahabatnya seperti Ira, Sari, Nadya, Aisyah, dan Lina, ataupun ayah, ibu, dan kakak semata wayangnya. Ia tak ingin diganggu oleh siapa pun, hanya berharap dapat berjumpa lelaki yang sampai seminggu yang lalu masih dipuja-puji olehnya, untuk kemudian mencaci makinya, menampar wajahnya, menyiramnya dengan sisa jus strawberry yang dipesan olehnya.

*****

Diam-diam sejak Rini berada di cafe itu, Anda, salah seorang pramusaji, berkali-kali mencuri pandang ke arahnya. Anda pun termasuk pramusaji yang diliputi keheranan, heran melihat seorang perempuan berparas cantik tampak seperti orang yang kesepian. Ingin sekali ia menghampiri Rini, tapi tak tahu pasti apa yang akan dikatakannya ketika perempuan itu menyadari kehadirannya, jika ia memang menyadarinya. Hingga saat ini, Anda pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri Rini.

Namun, tidak berarti Anda berpangku tangan. Sejak ia menyajikan segelas jus strawberry ke meja tempat Rini berada, beberapa kali pula ia bolak-balik menyajikan pesanan pengunjung lainnya dengan melalui meja Rini. Maksudnya ingin agar setidaknya Rini tersenyum kepadanya. Sayangnya, tak sekali pun Rini memalingkan wajahnya dari daun jendela. Perempuan itu memang tampak tak menggubris apa pun atau siapa pun yang ada di cafe itu.

Tak habis akal, Anda akhirnya dengan sengaja menghampiri meja Rini sambil membawa sepiring chocolate sensation, sepotong kue coklat dengan coklat cair di dalamnya, yang biasa dipesan oleh kebanyakan pengunjung cafe, berpura-pura mengantar pesanan yang salah. Anda pun sempat terpaku sejenak ketika sampai di depan meja Rini, berharap Rini menoleh ke arahnya. Tampaknya Rini memang hanya berniat berdiam diri.

Bersambung...