26.12.08

The Essential Difference Between A Human and A Rock

Do you know the differences between human and rock? First, and perhaps this answer will come out from all of you, a human is a living thing while a rock is the opposite. Second, a rock can 'live' for decades while a human can only survive at a maximum age of 120 years or so. What other differences can you find between both of them?

A friend of mine asked me a couple years ago, "Do you know, Mit, the essential difference between a rock and a human?"

I thought for a while, then answered, "Human lives."

He laughed and then said, "Hmm.. okay, that too is the essential one. But that's not what I mean."

"So? What's your point?" I asked him.

He laughed again and asked me back, "Have you ever seen a rock when it drops? When it touches the ground, perhaps it comes up again once, or twice, or more."

"I still don't get the point," I cut his explanation.

"But at the end," he ignore my impatience, "That rock will stop and stay on the ground."

I remembered smiling at him after he said that sentence, then said, "Now I know what you mean, Pal. A human can always rise again everytime he/she fall, right?"

"Yep!" he raised his two tumbs up. "No matter what, a human will always be able to stand up still, sometimes even get higher than his/her position before."

"But still," I continued, "that will occur in a condition when he/she realizes that he/she can still survive in his/her life again after the fall."

"That's what friends are for, Pal," he said with his hand tap my shoulder.

"Hmm.. I have to thank Allah SWT many times because he has given a friend like you to me," I huddled him.

He laughed again and said, "Yeah, you should."

Inspired by a friend's true story and a friend's quote :

"Our greatest glory is not in never falling, but in always rising everytime we fall."

Thanks to Mogi Aria Kusumah and Andri Caesartama Madian.

6.12.08

Lagi-lagi Muncul Kebiasaan Menceramahi Orang Lain

Ketika jam istirahat kantor tiba, saya lebih sering makan siang di kantin kantor. Lumayan untuk berhemat karena kalau menu paketnya sedang sesuai dengan selera saya, saya bisa makan enak dan gratis. Di kantin tersebut, setiap karyawan berhak mendapatkan satu paket makan siang. Kalau para karyawan ingin makan jenis makanan yang lainnya, mereka diharuskan membayar tambahan jenis makanan tersebut.

Dalam paket makan siang tersebut selalu disajikan tahu/tempe gorang tepung dan kerupuk. Saya tidak selalu mau makan tahu/tempe goreng tepung tersebut. Selain karena tepungnya yang menurut saya terlalu berlebihan, bosan juga kalau stiap hari arus makan tahu. Saya uga tidak terlalu suka makan kerupuk. Jadi, saya biasanya meminta pramusaji untuk tidak menyajikan dua jenis makanan tersebut di piring saya.

Suatu waktu ketika akan makan di kantin kantor, saya berkata pada salah seorang pramusaji, "Mas, boleh ga pake tahu dan kerupuk, ga?"

Pertanyaan tersebut membuat salah seorang rekan kerja saya tertawa. Sambil tertawa, rekan kerja saya tersebut berkata, "Ya boleh lah, Al. Masa iya ga boleh?" *Saya dipanggil Aliya oleh rekan-rekan kerja saya, selain Eva tentunya.*

Sang pramusaji tersenyum sambil berkata, "Boleh, Mba."

Setelah itu, pramusaji tersebut menyajikan piring dengan nasi dan lauk di atasnya, tanpa tahu dan kerupuk sesuai dengan permintaan saya. "Ini, Mba."

"Terima kasih, Mas." kata saya sambil tersenyum.

Beberapa saat setelah kejadian itu, rekan kerja saya yang lainnya berkomentar, "Aliya kok ngomongnya baik banget sih?"

"Baik gimana?" saya balik bertanya. "Kalo aku sih pengen ngebiasain diri aja ngomong kaya gitu kalo mau minta tolong. Yaa.. dengan bahasa yang sopan lah, ga terlalu terkesan merintah."

"Oo.. gitu ya?" tanya rekan kerja saya lagi.

"Iya," jawab saya. "Kan sebenernya mereka bukan bawahan kita. Kalopun mereka bawahan kita pun, kita ga boleh seenaknya nyuruh-nyuruh dengan bahasa yang ga sopan."

"Iya sopan banget malah menurut aku kalimat Aliya tadi," kata rekan kerja saya.

Dalam hati saya berpikir, "Alhamdulillah kalau saya masih bisa kasih contoh yang baik untuk orang lain."

Lalu, saya kembali berkata, "Sebenernya sopan atau ga itu tinggal gimana kita bermain kata-kata aja. Sebisa mungkin pake kata-kata yang sopan, biar ga terkesan nyuruh banget."

Setelah percakapan terakhir ini, saya sedikit merenung. Benar atau tidak, ya, saya selalu berbuat seperti apa yang saya bilang? Lagi-lagi saya ceramahi orang lain, padahal belum tentu saya melakukan hal-hal yang saya ceramahi itu. Saya bersyukur masih bisa menjadi contoh untuk orang lain kalau orang lain memang melihatnya demikian. Tapi memang lebih baik lagi berusaha membenahi diri sendiri dahulu sebelum merapihkan orang lain. Betul tidak?

Ayo kita ber-3M : Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, Mulai saat ini.