24.1.10

Cerita (1-2)

Anda dengan sengaja berdeham, "Ehm... ehm...".

Masih hening tanpa suara. Bahkan Rini tidak menolehkan kepalanya sedikit pun ke arah asal suara. Pandangannya tetap tertunduk, seakan di meja itu tergambar sesuatu yang menarik perhatiannya. Padahal, alam pikirannya melayang entah kemana.

Tahu dirinya kembali tak digubris, Anda akhirnya bertindak nekad. Dengan perlahan, ia menarik kursi yang tepat berada di hadapan Rini, kemudian duduk di kursi itu. Tangan kanannya meletakkan sepiring chocolate sensation yang sedari tadi dipegang olehnya. Tak lama kemudian, dagunya telah tertopang oleh kedua tangannya.

"Ga lapar?" Anda memberanikan diri memulai percakapan.

Perlahan tatapan mata Rini bergerak, mulai dari arah meja yang kosong hingga menuju chocolate sensation yang ada di hadapannya. Kemudian, kepalanya menoleh ke arah Anda. Perlahan Rini menyunggingkan bibirnya, tersenyum ke arah Anda.

"Saya ga pesan apa-apa," Rini akhirnya menanggapi pertanyaan Anda.

Anda mengangkat tangan kirinya, menggaruk-garuk kepalanya yang ditumbuhi rambut hitam ikal. Pandangnya langsung tertuju ke sekeliling, terlihat bahwa dirinya salah tingkah.

Sementara itu, masih dengan tersenyum, Rini mendorong piring chocolate sensation ke arah Anda. "Mungkin kamu salah orang, ya?" tanyanya kepada Anda.

"Mungkin juga ga," jawab Anda dengan suara sedikit bergetar. "Kamu udah hampir satu jam di sini. Cuma pesan segelas jus strawberry tanpa makanan apa pun. Jadi, biar jusnya ga kesepian, saya tawarin kue cokelat ini buat nemenin."

Tangan kanan Anda mendorong piring chocolate sensation itu kembali ke depan Rini. Dagunya kembali tertopang, kali ini hanya oleh tangan kirinya, sementara tangan kanannya diletakkan di atas meja.

"Ini buat saya?" Rini bertanya kepada Anda.

Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya, tetap tertopang di tangan kirinya. Anda tersenyum, mengetahui pada akhirnya suasana bisa agak cair. Tatap matanya tak lepas dari wajah cantik Rini.

Dalam benaknya, Anda masih tidak habis pikir, mengapa perempuan itu bisa termenung seorang diri selama hampir satu jam di cafe tempatnya bekerja. Biasanya, seseorang yang pada awalnya duduk sendirian di cafe itu memerlukan waktu yang tidak lama hingga datang orang lain yang menemaninya menghabiskan waktu di sana. Namun, tampaknya tidak demikian adanya dengan Rini.

Rini masih tersenyum ketika ia berucap, "Terima kasih, ya. Saya emang lapar. Tapi, sebenarnya saya ga nafsu untuk makan apa pun."

Akal pikiran Anda mulai bekerja.

"Gimana kalau saya temenin?" tanya Anda, lebih berani dari sebelumnya.

Anda mengangkat tangan kanannya sambil mengarahkan pandangannya ke arah rekan kerjanya yang berada di balik meja etalase, mengisyaratkan agar rekan kerjanya mengambilkan sepiring chocolate sensation untuk dirinya. Rekan kerjanya paham. Dengan sigap, ia menyiapkan sepiring kue cokelat itu, kemudian membawanya ke arah Anda.

"Thank you, An," Anda berkata pada rekan kerjanya. Yang diajak bicara hanya mengedipkan sebelah matanya ke arah Anda.

Anda mulai memegang sendok kecil di atas piring chocolate sensation di hadapannya, kemudian menyendokkan sesuap kecil potongan kue itu ke dalam mulutnya. Ia mengunyah kue itu dengan perlahan sambil matanya tetap memandang ke arah Rini.

"Ayo dimakan kuenya," kata Anda. "Kan udah saya temenin."

Rini terdiam, masih tertegun oleh kesupelan Anda. Tampaknya Anda sedikit banyak telah berhasil mencairkan suasana hatinya yang tak menentu sejak seminggu yang lau. Perlahan ia ikut menyendokkan kue cokelat di hadapannya.

Bersambung...

Previous Next