20.3.10

Cerita (1-3)

Coklat cair di dalam mulut Rini terasa semakin melumer seiring dengan mulai mencairnya suasana hatinya. Ingin rasanya berlama-lama menahan untuk tidak menelan cokelat cair itu.

"Kue coklatnya enak banget, Mas," Rini akhirnya memulai percakapan dengan kalimat agak panjang.

Anda menyodorkan tangan kanannya, mengajak bersalaman, "Panggil Anda aja. Itu resep asli dari saya, lho! Namanya Chocolate Sensation."

Rini menjabat tangan kanan Anda, "Rini."

"Iya," Anda melanjutkan ceritanya. "Ibu saya yang ngajarin bikin kue ini. Dulu, waktu saya coba buatannya pertama kali, saya langsung teriak, 'Enak banget, Ma! Ajarin Anda cara bikinnya, ya?' Langsung dia kasih resepnya ke saya."

Rini menyunggingkan senyum di bibirnya. Tak terasa dia sudah menyendokkan beberapa potong Chocolate Sensation ke dalam mulutnya. Namun, tatapan matanya masih mengisyaratkan kesedihan, sesuatu yang masih menjadi suara hatinya saat itu.

Anda tertawa perlahan sambil berkata,"Rin, kamu itu lucu, ya?"

Rini sedikit tergelak, kemudian balik bertanya, "Emangnya saya kenapa? Kayanya saya ga ngelakuin hal yang bikin orang lain ketawa, deh."

"Ga, sih," jawab Anda. "Kamu ketawa di luar. Tapi, sebenernya kamu masih keliatan sedih."

Rini langsung terdiam. Pandangannya kembali tertunduk ke piring Chocolate Sensation yang tinggal seperempat porsi.

Anda langsung merasa bersalah. "Maaf, Rin," katanya, "saya ga bermaksud untuk ngingetin kamu ke hal yang bikin kamu sedih."

"Ga apa-apa, Nda," jawab Rini sambil berusaha untuk tersenyum. "Bukan salah kamu, kok."

Suasana di meja itu sempat hening sejenak. Rini masih sibuk mengatur suasana hatinya yang masih campur aduk. Tangan kanannya memainkan sendok kecil untuk memakan Chocolate Sensation, sementara tangan kirinya masih menopang dagunya. Pandangannya masih tertuju ke bawah.

Anda pun terlihat salah tingkah, merasa tidak enak karena mengira dirinya telah melakukan suatu kesalahan. Berbeda dengan Rini, Anda malah memalingkan wajahnya, ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke bawah, seolah-olah sedang mencari sesuatu. Kedua tangannya diselipkan ke dalam saku celananya, kebiasaannya kalau sedang gelisah.

Bersambung

Previous Next

17.3.10

Postingan Tidak Jelas

Allow me to use bahasa in its informal form.. Heheh..

Kemaren, waktu lagi jalan pulang setelah bersenang-senang sehari dengan beberapa temen, mereka semua kaya ngebujuk gue biar ga pulang ke rumah. Sebenernya gue ga tau apakah mereka serius atau becanda. Tapi gue beneran hampir tergoda buat pulang ke rumah esok harinya. Untungnya gue masih bisa nahan diri. Heheh..

Di tengah ajakan pulang itu, ada yang bilang (intinya kira-kira gini), "Ayo, Ya. Kasian kalo ibu kamu ngebukain pintu malem-malem. Bapak juga, kan dia besok pagi harus kerja."

Yes, he said that word that rings a bell in my head. Fiuhhhhh.. Langsung gue diem ga tau mau ngomong apa. Langsung inget kalo gue belum sempet jenguk dia lagi. Mungkin gue bakal nyempetin ngelakuin hal itu di sela-sela off gue minggu ini.

Hari ini, nyokap bilang ke gue kira-kira gini, "De', mumpung kamu lagi di rumah, ibu pengen dianterin buat ngurus STNK. Tapi ibu pengen beres-beres ruang kerja bapak juga."

Yes, she too rang the bell. Gue ga jawab apa-apa. Cuma pada akhirnya gue jalan menuju ruang kerja bokap. Dimulai dari ngeliat tumpukan-tumpukan kertas dan buku-buku di lantai, gue memilah-milah mana yang termasuk sampah dan mana yang kira-kira masih bisa dipake. Gue pisahin yang masih bisa dipake ke tumpukan deket lemari biar ntar langsung dimasukin ke dalamnya. Yang tergolong sampah gue taro di deket pintu.

Sampai gue liat foto bokap gue dengan baju toga kebesarannya, nemenin sang rektor foto bareng-bareng sama pejabat kampus lainnya juga, waktu acara wisudaan. Sebenernya gue masih kesel waktu liat unsur-unsur kampus itu. Tapi ya udah lah. Ga guna juga gue maki-maki mereka, even di dalem hati. Yang udah lewat biarin lewat.

And then, gue nemu semacem buku-buku lokakarya nasional penyusunan program mata kuliah TI. Damn! So my dad was one of important people behind the scene. Capek juga ya pasti jadi dia. Udah ngajar, jadi konsultan, jadi orang penting pula.

Minggu off ini ternyata bener-bener minggu buat dia. Ga apa-apa deh, sekali-sekali ngabisin waktu berdua. Semoga dia happy, gue pun senang. Hahahaha! Bener-bener postingan yang aneh.