24.7.10

Cerita (1-4)

"Eh, Rin.." Anda akhirnya memberanikan diri memancing percakapan, "kamu percaya, gak? Biasanya kalau lagi sedih tapi masih di jam kerja, saya suka keluar sebentar buat jalan-jalan."

Rini pelan-pelan mengangkat pandangannya ke arah Anda. Ia mencoba menyunggingkan bibirnya sedikit, sambil tangan kanannya tetap memainkan sendok kecil yang digenggamnya.

Melihat Rini menanggapi ucapannya, Anda melanjutkan percakapan tersebut, "Kamu mau ikut nemenin saya?"

Rini agak terkejut mendengar pertanyaan Anda. Ia tak mengira Anda akan berbuat demikian. Bukannya menjawab, Rini malah menyendokkan sepotong kecil chocolate sensation lagi ke dalam mulutnya. Pandangannya kembali tertunduk ke bawah, tapi kali ini ia tetap menyunggingkan senyum kecil di bibirnya.

Anda tergelak melihat tingkah laku Rini. "Kalau kamu mau ketawa, ketawa aja. Mumpung ketawa belum dilarang."

Disinggung seperti itu, akhirnya Rini tergelak juga. Saking gelinya, ia sampai menutupi mulutnya dengan tangan kirinya.

"Kamu merhatiin saya sampai segitunya?" Rini balik bertanya.

Anda merasa salah tingkah. Bukannya menanggapi Rini, ia malah melanjutkan memakan chocolate sensation-nya yang masih tersisa setengah piring. Digoyang-goyangkannya kedua kakinya, bermaksud menghilangkan kegugupannya di depan Rini.

Dalam hati Anda berkata, "Aneh. Gue baru sekali ketemu dia. Kenapa perasaan gue langsung deg-degan gini, ya? Ketauan salting lagi. Aduuuuuh... malu banget gue."

Keadaan menjadi hening sejenak. Anda dan Rini masing-masing melanjutkan memakan chocolate sensation yang tersisa hingga habis.

Setelah menghabiskan chocolate sensation bagiannya, Anda bangkit dari kursi untuk mengambil air mineral untuk dirinya sendiri sembari berkata kepada Rini, "Jadi, kamu mau nemenin saya?"

Ditanya seperti itu, Rini malah balik bertanya sambil tersenyum, "Bukannya saya, ya, yang lagi sedih? Kenapa saya yang nemenin kamu?"

Anda tertawa mendengar pertanyaan Rini. "Salah pertanyaannya, ya?" tanya Anda. "Saya balik, deh, kalau gitu. Jadi, kamu mau saya temenin jalan-jalan?"

Rini, yang juga sudah menghabiskan chocolate sensation-nya, menyeruput sisa jus strawberry yang tersisa. Setelah habis, tangan kanannya mengambil selembar tisu kertas dari tempatnya, kemudian mengelap bibirnya dengan tisu itu.

Setelah itu, Rini menolehkan pandangannya ke arah Anda sambil tersenyum. Kedua tangannya menopangkan dagunya di atas meja. Dirinya masih tidak habis pikir mengapa lelaki yang baru saja dikenalnya ini dapat mencairkan kebekuan hatinya.

Merasa tidak mendapat jawaban dari Rini, Anda akhirnya berkata, "OK, saya ke belakang dulu sebentar, ya."

Anda berjalan ke arah ruang khusus staff yang tepat berada di belakang meja kasir. Tangan kanannya meraih salah satu gelas kosong dari dereta gelas yang ditelungkupkan di atas meja, kemudian tangan kirinya menggenggam wadah kaca berisi air mineral di sebelah deretan gelas. Ia menuangkan air mineral dari wadah kaca itu ke dalam gelas, kemudian menenggaknya hingga habis.

Setelah itu, Anda berbisik kepada Aan, rekan kerjanya yang tadi membantunya menyediakan chocolate sensation, yang sedang berdiri di dekat situ, "An, jangan biarin dia bayar jus dan kuenya ya. Biar gue yang nanggung ntar."

Yang diajak berbicara malah tersenyum lebar sambil menepuk lengan atas kiri rekannya.

Anda memasuki ruang khusus staff. Ia berjalan menuju locker yang bertuliskan namanya, "Andarista Hadiwibawa." Ia membuka locker tersebut dan perlahan melepaskan celemek seragam yang wajib dikenakannya apabila sedang dalam jam kerja, kemudian menggantungkannya di gantungan baju dengan rapi seperti semula.

Setelah menutup locker tersebut, Anda berjalan ke arah wastafel. Pandangannya mengarah ke cermin yang ada di atas wastafel. Ia tersenyum sejenak, membayangkan apa yang baru saja dilakukannya pada Rini. Tak lama kemudian, tangan kanannya mengeluarkan sisir kecil yang biasa ia letakkan di kantung belakang celananya, kemudian menyisir rambut ikalnya agar terlihat sedikit lebih rapi.

Setelah merasa penampilannya sudah cukup rapi, Anda berjalan keluar dari ruang khusus staff, langsung menuju meja kasir. Rupanya sedikit terjadi perdebatan antara Rini dengan Aan di sana. Rini bersikeras membayar jus strawberry dan chocolate sensation yang dihabiskan olehnya. Sementara itu, Aan berkali-kali mengatakan bahwa Rini tidak perlu membayarnya.

Anda mengangguk ke arah Aan, kemudian berkata kepada Rini, "Ya udah. Nanti kamu bayar ke saya aja sambil kita jalan-jalan."

Rini menatap Anda dengan pandangan aneh. "Biasanya juga pengunjung selalu membayar pesanannya sebelum keluar cafe, kan?"

"Sekarang lagi luar biasa, Rin," kata Anda sambil tersenyum. "Makanya kamu bayarnya nanti aja langsung ke saya. Sama aja, kan?"

"Tapi saya tetap harus bayar, ya?" tanya Rini sambil agak tergelak. "Kasian nanti cafe-nya kalau ga dibayar. Nanti kamu dan temen kamu ga bisa gajian."

Anda langsung menggiring Rini keluar cafe sambil berkata, "Beres, Bu," katanya.

Sambil menggiring Rini, Anda melirikkan pandangannya ke arah Aan. Tangan kanannya mengacungkan jempol ke arah Aan sambil tersenyum lebar dan mulutnya mengisyaratkan ucapan "thank you" kepada rekan kerjanya itu.

Bersambung

Previous Next