23.4.11

3 Tahun Lamanya...

3 tahun lamanya acara besar itu digelar...
3 tahun lamanya pula saya melihatnya begitu sehat dan bugar...
Ia menyambut para tamu dengan senyum sumringahnya...
Sambil berdiri berdampingan dengan sang pendamping hidup...

Tak disangka tak dinyana...
Itu merupakan acara besar terakhir yang dihadirinya...
Di acara besar lainnya, ia tak akan lagi mampu berdampingan dengan sang pendamping hidupnya..
Setelah jasadnya menyerah pada kehendak Sang Kuasa...

Hari ini saya mengunjunginya untuk kesekian kalinya...
Cukup saya sendiri yang berkunjung hari ini...
Saya bersyukur tempat tinggalnya saat ini terawat rapi...
Semoga ia selalu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya...


*In memoriam, AGS...

17.4.11

Cerita (2-1)

Sesampainya di depan pagar rumah berwarna hijau gelap, tangan kiri Anda merogoh salah satu kantong di bagian dalam tas punggungnya. Dalam sekejap, kedua tangannya bekerja untuk membuka gembok yang mengunci pagar rumah tersebut. Anda berusaha agar dirinya hanya menciptakan sejumlah kecil suara agar penghuni di dalam rumah tersebut tidak terbangun dari mimpi indahnya. Dengan sekejap pula, kedua tangannya mengembalikan keadaan pagar rumah dalam keadaan terkunci seperti semula.

Perlahan Anda melangkahkan kedua kakinya menuju pintu depan rumah. Sekali lagi, kali ini dengan tangan kanan, ia dengan cepat memasukkan anak kunci ke dalam lubang, memutarnya ke arah kanan hingga terdengar dua kali suara slot pintu bergeser. Anda dengan perlahan pula melangkah masuk ke dalam rumah dan dengan cepat mengunci pintu rumah tersebut dari dalam.

Namun, belum sampai lima langkah menuju kamar tidurnya, Anda dikejutkan dengan lampu yang tiba-tiba menyala. Seorang anak laki-laki berumur lima tahun berdiri di depannya sambil kedua tangannya menyangga sepiring kue tart kecil dengan sebatang kecil lilin menyala di atasnya. Tak lama setelah itu, terdengar nyanyian seorang wanita.

"Selamat ulang tahun, kami bahagia
Selamat panjang umur, kita 'kan doakan
Selamat sejahtera, sehat sentosa
Selamat panjang umur dan bahagia"

"Selamat ulang tahun, Ayah!" ucap anak laki-laki kecil pembawa kue tart tadi.

Anda berdiri terpaku sejenak, merasakan keharuan yang datang tiba-tiba. Ia berjongkok di depan anak laki-laki itu, lalu menyunggingkan bibirnya untuk tersenyum.

Anda membalas ucapan anak laki-laki itu, "Makasih, ya, Rasyid. Kamu emang anak Ayah yang paling pinter."

Anda mengambil piring kue tart yang dipegang anaknya, kemudian meletakkannya di atas meja yang ada persis di sebelahnya. Kedua tangannya lalu menggendong Rasyid, kemudian diciuminya pipi kiri dan kanan anak itu.

"Siapa dulu, dong, ayahnya," ujar Rasyid.

Wanita yang tadinya hanya menyaksikan adegan haru tersebut lalu berkata, "Ayah sama anak sama pinternya. Selamat ulang tahun, Nak."

Anda mendongakkan kepalanya ke arah suara itu, kemudian segera berdiri dan menghampiri wanita itu untuk memeluknya.

"Makasih, Bu," kata Anda kepada wanita tadi.

Bersambung