Naturalisasi, sepenggal kata yang sebenarnya masih bersifat abu-abu bagi saya. Kalau saya lihat dari sebuah sumber, naturalisasi dapat bermakna pemberian status warga negara asli kepada seorang Warga Negara Asing (WNA). Tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika seorang WNA ingin menjadi warga negara asli.
Di Indonesia, terdapat beberapa syarat tertentu jika seorang WNA ingin menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Syarat-syaratnya bisa dilihat pada Pasal 9 UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Tidak kompleks sebenarnya, hanya saja perlu menunggu waktu yang cukup lama bagi seorang WNA untuk bisa menjadi WNI: minimal 5 tahun berturut-turut tinggal di Indonesia atau 10 tahun tidak berturut-turut tinggal di Indonesia.
Pasal 9 ini mendapatkan perkecualian dalam Pasal 20 UU yang sama (setidaknya inilah anggapan saya setelah merunut satu per satu pasal yang ada dalam UU tersebut). Jika seorang WNA telah berjasa kepada NKRI atau terdapat suatu kepentingan negara, maka ia dapat menjadi WNI setelah adanya pertimbangan tertentu dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dengan demikian, adalah suatu hal yang mudah bagi seorang WNA untuk menjadi WNI.
Ternyata hal inilah yang dimanfaatkan oleh PSSI beberapa saat belakangan ini. Seperti yang sebagian besar dari kita ketahui, dalam Tim Nasional Senior PSSI yang sedang berlaga di AFF Suzuki Cup saat ini, ada beberapa pemain yang merupakan hasil dari proses naturalisasi ini, antara lain duet maut penyerang Christian Gonzalez dan Irfan Bachdim. Christian Gonzales yang asli Uruguay dan Irfan Bachdim yang keturunan Belanda berhasil menyumbangkan goal ke gawang lawan dalam 2 pertandingan di babak penyisihan Grup A AFF Suzuki Cup.
Masuknya 2 pemain ini membawa dampak dicadangkannya pemain langganan penyerang Tim Inti Nasional Senior PSSI, Bambang Pamungkas. Namun, pada kenyataannya saya memang melihat adanya dampak positif untuk nama baik Indonesia. Bayangkan saja, dengan tambahan beberapa pemain hasil proses naturalisasi, Indonesia bisa membantai Malaysia dan Laos, dengan permainan yang cukup bagus pula. Lumayan untuk level pertandingan Asia Tenggara (semoga akan sama bagusnya jika Tim Nasional kita berlaga di level Asia). Kenikmatan tersendiri bagi seluruh Warga Negara Indonesia tentunya, setelah beberapa lama sebelumnya menyaksikan Tim Nasional PSSI bagaikan macan kehilangan taringnya.
Tetap saja saya tidak dapat membayangkan apa yang dirasakan oleh seorang Bambang Pamungkas, atau pemain lainnya yang tergusur menjadi pemain cadangan. Di dalam hati nuraninya, Bambang mungkin saja merasakan ketidakadilan ketika dirinya tidak lagi menjadi bagian dari tim inti. Mungkin saja ia merasa lebih berhak membela Indonesia oleh sebab dialah yang warga negara asli Indonesia, bukan Christian Gonzalez ataupun Irfan Bachdim. Darah murni garuda mengalir dalam tubuhnya tanpa cela. Mungkin saja seorang Bambang Pamungkas merasakan kesengsaraan akibat tersisihnya dia dari posisi sebelumnya.
Namun, rupanya Bambang Pamungkas merasa ikhlas dengan hal tersebut. Mau tidak mau ia memang harus mengakui bahwa Christian dan Irfan memang lebih baik dari dirinya. Nama Indonesia pun menjadi harum oleh karena keduanya merupakan tulang punggung dari 2 kemenangan mudah yang diperoleh Indonesia dalam 2 pertandingan terakhir. Sudah seharusnya pula bahwa dengan keberadaan kedua rekannya itu di tim inti, justru membuka matanya bahwa ia harus bisa meningkatkan performansinya lebih dari yang sekarang. Semangat untuk Bambang, juga para pemain lainnya!
Jadi, masihkah naturalisasi menjadi kesengsaraan yang membawa nikmat? Tergantung dari sudut pandang setiap orang yang melihatnya. Sebagai WNI, saya mendukung proses naturalisasi ini, selama hal ini dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi.
BERKIBARLAH INDONESIAKU!