22.4.08

Perpisahan

Judul di atas kayanya bikin semua pihak yang mengalaminya merasa sedih. Benar begitu?

Sebagian besar mungkin akan merasakan demikian. Gimana ga? Suatu perpisahan antara kedua hal atau lebih dapat berarti adanya jarak antara keduanya, baik perpisahan secara lahiriah saja maupun yang diikuti dengan perpisahan batiniah. Hal yang baik ialah ketika kita hanya mengalami perpisahan secara lahiriah. Hubungan antara pihak-pihak yang berpisah masih terjaga dengan baik.

Berdasarkan pengalaman saya, ada tiga macam perpisahan yang hanya bersifat lahiriah saja. Pertama, perpisahan macam ini ada pada hubungan jarak jauh, baik waktu masih dalam tahap pacaran ataupun waktu udah jadi keluarga. Biasanya perpisahan ini terjadi suatu hal yang mengharuskan mereka terpisah satu sama lain, misalnya pekerjaan. Emang sih pasti sedih banget kalau kita ngalamin kaya gini. Siapa sih yang tahan sama hubungan kaya gitu? Tapi syukurnya, perpisahan ini ga diiringi dengan perpisahan batiniah kalau emang masing-masing pihak saling berupaya menjaga hubungan yang udah terjalin itu.

Kedua, perpisahan di antara teman dekat. Perpisahan macam ini biasanya terjadi setelah masing-masing individu telah mengalami kelulusan dari suatu jenjang pendidikan atau pelatihan. Kebiasaan untuk menjadi dekat satu sama lain, apalagi kalau udah biasa jalan bareng, saling curhat, saling ngeledek, nyampah, dll, perpisahan ini menjadi salah satu hal yang paling berat banget dialamin oleh setiap orang. Tapi bagusnya, perpisahan ini juga ga diikuti dengan perpisahan batiniah karena masing-masing masih menjaga kontak satu sama lain, bisa lewat sms, telepon, e-mail, mailing list, janjian ketemuan, dsb.

Ketiga, putusnya suatu hubungan, baik ketiga masih dalam tahap pacaran ataupun ketika udah berkeluarga (cerai). Putus hubungan pacaran yang dimaksud di sini ialah putus setelah kedua pihak telah lama mengalami kondisi putus, yaitu ketika telah berhasil mengalami perpisahan batiniah di mana ga ada lagi rasa sayang sebagai pacar. Hal yang baik dari putusnya hubungan ini, baik pada tahap pacaran ataupun nikah (cerai), ialah perpisahan secara batiniah ga sepenuhnya terjadi karena alasan yang sama dengan perpisahan lahiriah jenis kedua. Dalam 'putus pacaran', kedua pihak tetap dapat berhubungan baik dalam batas-batas tertentu. Dalam perceraian, orang tua yang harus terpisah dari anaknya juga tetap berhubungan baik satu sama lain.

Namun, kadang kita mengalami bentuk perpisahan yang kedua, yaitu perpisahan lahiriah dan batiniah. Pada perpisahan jenis ini ga ada lagi kontak batin antara pihak-pihak yang berpisah.

Juga berdasarkan pengalaman, saya mencatat dua jenis perpisahan ini. Pertama, putus hubungan ketika masih pacaran. Perpisahan ini sebaiknya memang hanya terjadi secara lahiriah saja. Namun, saat keputusan 'putus' diambil karena hal-hal yang ga bisa banget ditolerir, perpisahan ini juga akan bersifat batiniah. Sangat disayangkan juga sebenernya karena jika bisa dilakukan, sebaiknya antara orang yang satu dengan orang yang lainnya tetap menjaga tapi silaturahim, kecuali jika salah satu pihak melakukan kesalahan fatal yang bener-bener sulit dimaafin. Tapi perpisahan ini juga akan tergolong baik jika masing-masing pihak cenderung saling melupakan agar ketika menjalin hubungan lagi dengan pihak lain, pihak lain itu tidak akan tersinggung karena merasa diduakan.

Kedua, perceraian antara suami-istri di mana bener-bener tidak ada kontak lagi antara dua pihak yang berpisah. Yang bikin sedih lagi ialah kalau perpisahan ini juga diikuti dengan perpisahan antara orang tua dengan anak-anaknya secara batiniah. Bisa dibilang salah satu orang tua akan melupakan anaknya, atau bisa juga anak-anaknya yang akan melupakan salah satu orang tua mereka. Perpisahan ini ialah perpisahan yang paling buruk di antara kelima jenis perpisahan yang telah dibahas, terutama jika terjadi antara anak dan salah satu orang tua. Biasanya hal ini akan berdampak psikis terhadap anak. Dampak psikis ini kadang bersifat kasat mata. Biasanya anak akan lebih berhati-hati dalam menjalin suatu hubungan, malah cenderung agak 'beda' dari hubungan-hubungan normal lainnya. 'Beda' yang saya maksud di sini kadang bener-bener ga normal, seperti kecenderungan buat ga bisa ga punya pacar. Hal ini bikin seseorang cenderung 'mengikat' beberapa orang di dekatnya (menduakan, menigakan, dst.) Jahat emang, tapi emang kadang dampak psikisnya akan kaya gitu.

Terlepas dari macam-macam perpisahan tersebut di atas, hendaknya setiap pihak yang mengalami perpisahan bisa menyikapi perpisahan itu dengan baik dan tidak berlebihan. Yang saya maksud ialah perpisahan ini hanya terjadi secara lahiriah, tidak diiringi oleh perpisahan batiniah. Gimana pun juga, yang namanya perpisahan lahiriah dan juga batiniah suatu saat akan membawa dampak yang kurang baik bagi pihak-pihak yang berpisah. Jadi sebaiknya perpisahan jenis ini tidak sekalipun terjadi dalam hidup kita. Kalaupun udah kejadian, usahain biar dampak negatifnya tidak terlalu besar bagi pihak-pihak yang berpisah.

No comments: