Kemarin, tepatnya tanggal 17 Agustus 2008, adalah tepat 63 tahun setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, apa benar Indonesia sudah bisa dibilang negara merdeka? Usia 63 tahun tergolong masih cukup muda untuk sebuah negara. Kenapa saya bilang begitu? Karena kalau dianalogikan dengan kehidupan seorang manusia, Indonesia layaknya seorang pemuda yang mungkin sudah cukup matang dalam hal finansial dan fisik (katanya). Tapi, seorang pemuda belum tentu matang kalau dilihat dari segi pengalaman dan mental.
Dari segi finansial, beberapa waktu yang lalu kalau saya tidak salah, telah dilaporkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia berhasil dikurangi (saya lupa persentase tepatnya). Namun, pada kenyataannya tampak golongan kaya semakin kaya dan golongan miskin semakin miskin. Bahkan golongan menengah pun cenderung semakin turun standar kehidupannya.
Baru-baru ini pemerintah mencanangkan akan memenuhi permintaan Mahkamah Konstitusi mengenai pengalokasian 20% dari APBN untuk pendidikan. Pemerintah berasumsi sudah selayaknya kualitas fasilitas pendidikan dan kesejahteraan para pengajar ditingkatkan. Namun, kabarnya dana untuk pendidikan ini diperoleh dari utang, entah itu berupa Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel Indonesia (ORI), utang luar negeri, dan lain-lain apapun namanya itu.
Jadi benarkah kalau dibilang Indonesia sudah matang secara finansial? Tergantung apa yang menjadi indikator dari keberhasilan finansial di negara ini. Saya rasa indikatornya tidaj hanya sekedar penurunan tingkat kemiskinan, tetapi masih banyak yang lainnya seperti PDB, tingkat pemerataan UMR di setiap daerah (Dati I maupun Dati II), dan sebagainya.
Dari segi fisik, Indonesia Alhamdulillah diperkaya dengan berbagai macam sumber daya alam yang melimpah, entah itu yang sudah berhasil dieksplor maupun yang masih belum teridentifikasi. Tapi kayanya sebagian besar dari sumber daya alam itu justru dimanfaatkan oleh pihak asing. Sebagai bukti, bisa dihitung dari banyaknya perusahaan asing yang mengeksplor beberapa sumber daya alam Indonesia ini. Mulai dari Freeport, Total, Chevron, BHP Billiton, dan lain sebagainya. Saya memang tidak tahu seberapa banyak dari hasil eksplor ini yang diperuntukkan bagi Indonesia sendiri. Tapi saya pikir sudah seharusnya jika sebagian dari yang dihasilkan, entah berupa produk, keuntungan finansial, atapun manfaat laiinnya diperuntukkan bagi sang penghasil sumber daya alam itu sendiri.
Selain itu, beberapa kekayaan alam Indonesia juga justru dibabat habis demi kepentingan selentingan orang belaka. Contoh: kebakaran hutan yang katanya bakal digunakan buat berladang, pencurian kayu-kayu dari pohon-pohon di hutan buat diselundupkan ke luar negeri, penyelundupan pasir ke Singapura (yang ini rumor, entah sudah terbukti atau belum).
Kemudian, jumlah sumber daya manusia Indonesia memang sangat-sangat berlimpah. Namun, menyambung yang telah disebutkan sebelumnya, kayanya peningkatan kuantitas itu belum diiringi dengan peningkatan kualitas. Terlihat dari masih banyaknya anak-anak sekolah yang tidak berhasil lulus Ujian Nasional, baik di tingkat SLTP ataupun SLTA, terutama yang berada di luar Pulau Jawa.
Jadi, apakah Indonesia dapat dibilang sudah cukup matang dari segi fisik? Dari pemaparan di atas, saya kira jelas tidak bisa dibilang demikian.
Dari segi pengalaman, saya tidak bisa memutuskan. Indonesia sudah berpengalaman memiliki 6 presiden walaupun dihasilkan oleh lebih dari 6 kali pemilihan umum. Indonesia pun termasuk negara yang paling berpengaruh di kawasan ASEAN dan cukup disegani di mata internasional walaupun mungkin beberapa negara menganggap sebelah mata. Tapi, negara ini kok kaya tidak mengalami kemajuan yang berarti sejak proklamasi kemerdekaannya ya? Terlihat dari sedikitnya 2 kali mengalami penurunan nilai mata uang (zaman pemerintahan Soekarno dan krisis moneter tahun 1997), keadaan ekonomi internal yg cenderung stagnan jika tidak mau dibilang menurun, keadilan yang tidak merata di segala bidang, dan sebagainya. Dibandingkan dengan negara tetangganya, Singapura dan Malaysia, yang berusia lebih muda, Indonesia malah seperti kalah dalam segala-galanya, terutama dalam hal ekonomi. Mungkinkah akibat lebih luasnya wilayah Indonesia sehingga tantangan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya lebih sulit? Haruskah Indonesia menunggu selama kurang lebih 300 tahun agar dapat maju seperti Amerika Serikat saat ini? Hanya Allah yang tahu jawabannya karena usia saya tidak akan mencukupi selama itu.
Dari segi mental, saya rasa Indonesia jelas tidak bisa dibilang matang. Terbukti dari masih banyaknya konflik yang terkait dengan SARA, entah itu di Jakarta, Ambon, Kalimantan, Papua, dan daerah lainnya yang mungkin tidak terekspos oleh berita. Padahal, jelas-jelas sudah ada semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", yang artinya "Berbeda-beda Tapi Tetap Satu". Sudah ada juga nilai Tenggang Rasa, Musyawarah, dan Gotong Royong. Namun, semboyan-semboyan dan nilai-nilai itu hanya sekedar kata-kata tanpa dipahami maknanya apalagi diamalkan.
Jadi, di usia yang ke-63 tahun ini, apakah sebenarnya Indonesia sudah merdeka?
5 comments:
Ingin TERCERAHKAN tentang problem dunia? Lihat "PLANET ROBOT" di blog kami. Ok banget!
Wah, mirip ulasan di Metro TV :D
Ada retorika di akhir kalimatnya.
*yessi* oiya? di metro pernah ngebahas jg? gue ga nonton jd ga tau deh.. iya, jd bingung sbenernya kita udah merdeka atau blum..
merdeka ataoe beloem?
mungkin secara harfiah kita memang sudah tidak dijajah, tapi dalam beberapa aspek gue rasa kita masih bermental terjajah...
yeah, you know what i mean... kemacetan ga karuan imbas dari transportasi publik yang kurang tertata dengan baik, kjahatan dan tindakan asusila merajalela, kesenjangan sosial, dll...
merdeka itu harus luar dan dalaaaam!!!
@melur: iya yuy.. i wonder when the time that indonesia is a really independent country comes.. maunya siy yg ga tergantung ama luar, ga dibodoh2in lg, kesenjangan sosial dikit karena pemerataan penduduk udah terwujud.. will it be our time?? :)
Post a Comment