6.12.08

Lagi-lagi Muncul Kebiasaan Menceramahi Orang Lain

Ketika jam istirahat kantor tiba, saya lebih sering makan siang di kantin kantor. Lumayan untuk berhemat karena kalau menu paketnya sedang sesuai dengan selera saya, saya bisa makan enak dan gratis. Di kantin tersebut, setiap karyawan berhak mendapatkan satu paket makan siang. Kalau para karyawan ingin makan jenis makanan yang lainnya, mereka diharuskan membayar tambahan jenis makanan tersebut.

Dalam paket makan siang tersebut selalu disajikan tahu/tempe gorang tepung dan kerupuk. Saya tidak selalu mau makan tahu/tempe goreng tepung tersebut. Selain karena tepungnya yang menurut saya terlalu berlebihan, bosan juga kalau stiap hari arus makan tahu. Saya uga tidak terlalu suka makan kerupuk. Jadi, saya biasanya meminta pramusaji untuk tidak menyajikan dua jenis makanan tersebut di piring saya.

Suatu waktu ketika akan makan di kantin kantor, saya berkata pada salah seorang pramusaji, "Mas, boleh ga pake tahu dan kerupuk, ga?"

Pertanyaan tersebut membuat salah seorang rekan kerja saya tertawa. Sambil tertawa, rekan kerja saya tersebut berkata, "Ya boleh lah, Al. Masa iya ga boleh?" *Saya dipanggil Aliya oleh rekan-rekan kerja saya, selain Eva tentunya.*

Sang pramusaji tersenyum sambil berkata, "Boleh, Mba."

Setelah itu, pramusaji tersebut menyajikan piring dengan nasi dan lauk di atasnya, tanpa tahu dan kerupuk sesuai dengan permintaan saya. "Ini, Mba."

"Terima kasih, Mas." kata saya sambil tersenyum.

Beberapa saat setelah kejadian itu, rekan kerja saya yang lainnya berkomentar, "Aliya kok ngomongnya baik banget sih?"

"Baik gimana?" saya balik bertanya. "Kalo aku sih pengen ngebiasain diri aja ngomong kaya gitu kalo mau minta tolong. Yaa.. dengan bahasa yang sopan lah, ga terlalu terkesan merintah."

"Oo.. gitu ya?" tanya rekan kerja saya lagi.

"Iya," jawab saya. "Kan sebenernya mereka bukan bawahan kita. Kalopun mereka bawahan kita pun, kita ga boleh seenaknya nyuruh-nyuruh dengan bahasa yang ga sopan."

"Iya sopan banget malah menurut aku kalimat Aliya tadi," kata rekan kerja saya.

Dalam hati saya berpikir, "Alhamdulillah kalau saya masih bisa kasih contoh yang baik untuk orang lain."

Lalu, saya kembali berkata, "Sebenernya sopan atau ga itu tinggal gimana kita bermain kata-kata aja. Sebisa mungkin pake kata-kata yang sopan, biar ga terkesan nyuruh banget."

Setelah percakapan terakhir ini, saya sedikit merenung. Benar atau tidak, ya, saya selalu berbuat seperti apa yang saya bilang? Lagi-lagi saya ceramahi orang lain, padahal belum tentu saya melakukan hal-hal yang saya ceramahi itu. Saya bersyukur masih bisa menjadi contoh untuk orang lain kalau orang lain memang melihatnya demikian. Tapi memang lebih baik lagi berusaha membenahi diri sendiri dahulu sebelum merapihkan orang lain. Betul tidak?

Ayo kita ber-3M : Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, Mulai saat ini.

4 comments:

melur said...

siap, a'a mitha! :D

.diahparamitha. said...

lo menjadi aliya, dan gw menjadi mitha!
haha..

Mazaya said...

Adek, bagus, ibu bangga punya anak yg gini. Tapi ada tapinya kalo kasih komentar liat2 orangnya, soalnya gak semua orang seneng di"ceramahin".

Unknown said...

"Sesungguhnya amalan itu di warnai dengan niatnya"
"Menanam kebaikan akan menuai kebaikan"
"Lakukanlah sesuatu dengan sungguh-sungguh, moga-moga akan terlihat buahnya"
"Kehidupan dunia bagaikan sebuah perjalanan yang amat singkat, hanya bagaikan waktu di saat senja"