27.6.08

Dia Yang Telah Pergi (3)

Jum'at, 20 Juni 2008, di Rumah Cinere

Sekitar jam 8.00 ibu terima telepon dari bapak. Kira-kira gini obrolannya mulai dari alm. bapak minta tolong bukain pager rumah (Mba Suti, pembantu rumah saya lagi ke pasar, di rumah hanya ibu sendiri) sampai waktu alm. bapak udah di dalam rumah:

"Bu, tolong bukain pager dong. Bapak di depan nih."
"Lho?! Kok udah pulang lagi?"
"Iya, Bu. Kepala Bapak pusing banget. Apa udah harus ganti kaca mata ya?"
"Ga mau ke dokter, Pak?"
"Ga usah, Bu. Bapak istirahat aja di rumah."

Sekitar jam 10.00 ibu pamit ke alm. bapak mau pergi dengan Tante Mien (kakaknya ibu yang tinggal di sebelah rumah). Bapak mengiyakan. Ga berapa lama, ibu balik pulang lagi ketinggalan tisu. Ibu emang menegur bapak, tapi mereka berdua ga saling liat. Bapak lagi main game di laptop sambil nonton televisi saluran olah raga.

Siang-siang setelah menyiapkan makan siang buat alm. bapak, Mba Suti pamit pulang. Bapak membolehkan. Kemudian, alm. bapak makan siang. Sekitar jam 13.00, alm. bapak masih sempet sms dengan rekan kerjanya di UMJ dan mahasiswa anak bimbingnya.

Antara jam 14.00 - 14.30, Mba Ani (pembantu di rumah Tante Mien - kebetulan ada pintu penghubung antara rumah saya dan rumah Tante Mien) denger bapak teriak-teriak manggil. Mba Ani lari-lari ke rumah saya sambil cari-cari alm. bapak. Akhirnya Mba Ani ngeliat bapak ada di dalam kamar tidurnya, sedang senderan ke tembok. Tangan kiri alm. bapak udah lemes. Tangan kanannya megang dada sebelah kiri. AC menyala dengan suhu paling minimum (20*C) dan jendela kebuka. Dari sekujur tubuhnya keluar keringat dingin.

"Ani, tolong ke tetangga depan minta tolong antar saya ke dokter. Kepala saya pusing sekali Ani."
Mba Ani sambil panik, "Iya, Pak. Bapak sabar ya, saya ke depan dulu."

Mba Ani lari ke arah pintu depan rumah. Dia sempet kelamaan cari-cari kunci pintunya karena ga tau ditaro di mana sama Mba Suti. Setelah bisa membuka pintu, dia lari ke tetangga saya minta tolong.

Tetangga saya akhirnya masuk ke dalam rumah sampai ke kamar tidur. Dia dan Mba Ani liat alm. bapak udah menutup mata, tangannya terkulai dua-duanya. Tapi waktu tetangga saya cari denyut nadinya, masih ada detakan lemah. Mba Ani langsung nuntun ke bapak untuk mengucapkan istighfar dan takbir. Mulut alm. bapak masih berusaha untuk mengucapkan istighfar dan takbir, tapi udah kaya kesusahan mengucapkannya. Tetangga saya meminta Mba Ani untuk memanggil satpam untuk membawa alm. bapak ke mobilnya.

Setelah Mba Ani kembali dengan dua satpam, alm. bapak udah agak ngorok. Akhirnya alm. bapak digotong masuk ke mobil tetangga saya itu. Bapak dibaringkan di jok belakang. Kepalanya dipangku Mba Ani dan kakinya dipangku satpam.

Dalam perjalanan, Mba Ani berkali-kali bilang: "Pak, tahan ya, Pak. Istighfar, Pak. Astaghfirullaahal 'azhiim."

Tapi, ternyata perjalanan alm. bapak udah cukup sampai pada saat itu. Ga berapa lama setelah keluar kompleks rumah saya, kepala alm. bapak terkulai. Dia yang telah pergi .....

To be continued ...

No comments: